2012
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
قل
يأ هل الكتب لا تغلوأ فى دينكم غير الحق ولا تتبعوا اهوأ هوا ء قوم قد ضلوأ من قبل
وأضلوأ كثيرا وضلواعن سواء السبيل.
Artinya:
Katakanlah: “Hai ahl al-kitab ,janganlah kamu berlebih-lebihan
dalam agama kamu dengan cara tidak benar .Dan janganlah kamu mengikuti hawa
nafsu orang-orang yang telah sesat dan mereka telah menyesatkan
banyak(orang),dan mereka dari jalan yang lurus.”(QS.al-Maidah:77).
Setelah jelas
kesesatan dan kekeliruan orang yahudi serta nasrani,maka kedua kelompak ahl
al-kitab itu diingatkan agar tidak melampaui batas dalam beragama,termasuk
melampaui batas dalam keyakinan tentang Isa as dengan mempertaruhkannya
sebagaimana orang-orang nasrani,atau menuduhnya anak haram sebagaimana orang
yahudi .Katakanlah :”hai ahl al-kitab
,yahudi dan nasrani ,janganlah kamu berlebih-lebihan yakni melampaui
batas dalam agama kamu dengan cara tidak benar,antara lain jangan
mempertuhankan Isa as atau melecehkan
beliau.Dan janganlah kamu seperti orang yang bersungguh-sungguh mengikuti
hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulu sebelum kedatangan Nabi
Muhammad saw.Dan mereka tidak sekedar sesat tetapi juga telah
menyesatkan banyak orang ,dan mereka sesat dari jalan yang lurus
setelah kedatangan Nabi Muhammad saw.
Lanjutan ayat ini menjelaskan bahwa sikap keterlaluan
Yahudi dan Kristen ini mirip dengan keyakinan orang-orang Musyrik sebelum
mereka yang meyakini adanya sifat-sifat Rububiyyah pada benda-benda
materi dan alami. Mereka juga menilai semua itu memiliki peran di dalam urusan
kehidupan alam raya ini.
Dari ayat di atas dapat kita peroleh pelajaran bahwa
agama berdiri di atas dasar keadilan dan sifat seimbang. Segala bentuk
sikap keterlaluan baik berlebihan atau kurang dalam memandang
tokoh-tokoh agama, tidak sejalan dan dasar-dasar agama.
B.
Rumusan Masalah
1. Jelaskan dan analisiskan ayat-ayat yang terkandung dalam surat
al-Baqarah:109, al-Maidah:77, al-a’raf:199-200 dan al-Hajj:78.?
2.
Apa kode etik dakwah yang terkandung dalam ayat-ayat di atas?
3.
Dengan cara apa umat Muslim menyepuh kekafiran melalui jalan
dakwah?
4.
Berikan contoh ayat yang terkandung dalamnya ijtihad!
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui analisis ayat-ayat yang terkandung dalam surat
al-Baqarah:109, al-Maidah:77, al-a’raf:199-200 dan al-Hajj:78.
2.
Untuk memahami kode etik dakwah yang terkandung dalam ayat-ayat di
atas.
3.
Untuk menghalau kekafiran yang terjadi disekitar masyarakat melalui
jalan dakwah fii sabilillah
BAB
II
PEMBAHASAN
A.Surat Al-Baqarah 109
1. Ayat 109
ودكثير
من اههل الكتا ب لو يرد ولكم من بعد ايما نكم كفا را حسدا من عند
انفسهم من بعد ما تبين لهم الحق فا عفوا واصفحوا حتى يأتي الله بأ مره ان الله
على كل شيئ قدير .
Artinya:
“Banyak diantara ahl al-kitab
menginginkan seandainya mereka dapat mengembalikan kamu setelah keimanan kamu
kepada kekafiran karena iri hati yang(timbul)dari dalam diri mereka ,setelah
nyata bagi mereka kebenaran.Maka maafkan dan biarkanlah mereka,Sampai Allah
mendatangkan perintah-Nya.Sesungguhnya Allah maha Maha Kuasa atas segala
sesuatu”.
Ayat ini mengisyaratkan bahwa
keinginan itu mustahil dapat tercapai.Ia mustahil sebagaimana diisyaratkan oleh
kata ( لو ) Lau yang digunakan dan
menunjukkan pengandaian menyangkut sesuatu yang mustahil terjadi.Namun perlu di
catat bahwa kemustahilan itu dikaitkan Allah dengan pernyataan yang mengikuti
pengandaian tersebut,yakni (من
بعد ايما نكم) min ba’di
imanikum/setelah keimaman kamu.
Memang, bila iman telah bersemai di
dalam kalbu, hati akan merasakan kelezatannya.Ketika itu, apapun rayuan dan
godaan , atau bahkan ancaman dan sanksi, semua itu tidak akan berbekas atau
mempengaruhi san mukmin.Iri hati adalah keinginan untuk menjauhkan nikamat yang
sedang diperoleh seseorang, baik nikmat itu kemudian beralih kepada yang iri
hati, maupun tidak. Kaum Yahudi ingi agar kenikmatan iman yang menghiasi jiwa
orang-orang mukmin berubah menjadi kekufuran, sehingga kaum mukmin dan sebagian
orang Yahudi itu berada dalam posisi yang sama.
Keinginan
mengembalikan kaum mukmin kepada kekufuran adalah akibat dari iri hati dan
kedengkian yang muncul dari dalam diri mereka, bukan dating dari faktor
luar.ini berarti bahwa kedengkian mereka sungguh besar lagi mantap.
Pernyataan Allah
yang amat tegas dan tidak berselubung itu,mungkin mengundang sementara kaum
muslim untuk bertindak tidak tepat.Paling tidak ,bias jadi ada yang bermaksud
membalas dendam.iri hati dibalas iri hati yang serupa.Mungkin aja ada yang ingin
menganiaya atau mencerca mereka dan atau agama mereka,seperti yang mereka
lakukan terhadap kaum muslim .Nah ,lanjutan ayat diatas mencegah pembalasan
yang tidak adil itu.Lanjutan ayat menuntun kaum muslim untuk melapangkan dada
dan memberi tenggang waktu ,siapa tahu mereka insaf dan beriman :Maafkan
mereka dan biarkan mereka sampaiAllah mendatangkan perintah-NYA, Yakni
mengizinkan kamu menindak mereka .Sesungguhnya Allah Maha kuasa atas segala
sesuatu.Memaafkan artinya tidak membalas kejahatan dan kesalahan ,melainkan
menghapus bekas luka dihati.Sedangkan membiarkan adalah tidak mengingat –ingat
kesalahan ,bahkan membuka lembaran yang baru.
Ayat ini sekaligus
memberi isyarat bahwa iman yang bersemai dihati orang-orang mukmin ketika itu
sedemikian mantap sehingga melahirkan kekuatan yang dapat menghentikan ulah
orang-orang yahudi .Karena adanya kekuatan itu,maka Allah memerintahkan mereka
menahan diri ,sebab hanya yang memiliki kekuatan mental yang dapat menahan diri
dan memberi maaf.
B.Surat Al-Maidah Ayat 77
1. Ayat 77
قل
يأ هل الكتب لا تغلوأ فى دينكم غير الحق ولا تتبعوا اهوأ هوا ء قوم قد ضلوأ من قبل
وأضلوأ كثيرا وضلواعن سواء السبيل.
Artinya:
Katakanlah: “Hai ahl al-kitab
,janganlah kamu berlebih-lebihan dalam agama kamu dengan cara tidak benar .Dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dan mereka
telah menyesatkan banyak(orang),dan mereka dari jalan yang lurus.”
2. Daftar
mufrodats
. يا آهل اكتا ب dipahami sebagai
ditujukan kepada orang-orang nasrani saja ,karena ayat ini ditempatkan sesudah
kecaman kepada mereka ,dan dengan demikian yang dimaksud dengan larangan ini
adalah larangan kepada kepada orang-orang nasrani agar tidak berlebihan dalam
memandang Isa as.
تغلوا digunakan
juga dalam arti meneliti hakikat sesuatu dengan sungguh-sungguh ,serta
menganalisis yang tersembunyi dari satu teks
غير الحق bermakna tercela ,dalam arti yang tidak
dibenarkan ,karena haq adalah sesuatu yang terpuji sehingga yang bukan haq
adalah tercela.
3. Analisis dan Munasabah
Ayat
Setelah jelas
kesesatan dan kekeliruan orang yahudi serta nasrani,maka kedua kelompak ahl
al-kitab itu diingatkan agar tidak melampaui batas dalam beragama,termasuk
melampaui batas dalam keyakinan tentang Isa as dengan mempertaruhkannya
sebagaimana orang-orang nasrani,atau menuduhnya anak haram sebagaimana orang
yahudi .Katakanlah :”hai ahl al-kitab
,yahudi dan nasrani ,janganlah kamu berlebih-lebihan yakni melampaui
batas dalam agama kamu dengan cara tidak benar,antara lain jangan
mempertuhankan Isa as atau melecehkan
beliau.Dan janganlah kamu seperti orang yang bersungguh-sungguh mengikuti
hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulu sebelum kedatangan Nabi
Muhammad saw.Dan mereka tidak sekedar sesat tetapi juga telah
menyesatkan banyak orang ,dan mereka sesat dari jalan yang lurus
setelah kedatangan Nabi Muhammad saw.
Diatas disebutkan dua kesesatan
,Kesesatan pertama menyangkut kandungan tuntunan Nabi Musa atau Isa as,Dan
kesesatan kedua berkaitan dengan tuntunan Nabi Muhammad saw dan al-qur’an.
Thabathaba’I
berpendapat lain ,Menurutnya ,ayat ini mengajak orang yahudi dan nasrani sejak
terjadinya kekeliruan akidah mereka hingga masa kini tentang tuhan dan manusia
,agar tidak melampaui batas dalam beragama ,yakni dalam memandang ‘Uzair
demikian sebagaimana keyakinan orang yahudi .Mereka dilarang mengikuti hawa
nafsu kaum sebelum mereka ,yakni para penyembah berhala yang meyakini adanya
anak-anak tuhan ,Sebagaimana dijelaskan dalam sejarah agama –agama,seperti
agama mesir kuno ,yunani,india,dan cina .memang sangat logis jika ajaran mereka
itu telah menyusup dan meresap kedalam keyakinan umat yahudi dan nasrani
sehingga merekapun mempercayai ‘Isa dan ‘Uzair sebagai anak-anak tuhan .Ini
juga telah diisyaratkan oleh al-qur’an dengan firmannya.:
وقا
لت اليهود عزير. ابن اللهوقالت النصرى المسيح ابن الله ذا لك قلهم بآ فو ههم يضهئو ن قول الذين كفروآ من قبل قتلهم الله
انى يؤ فون.
Artinya:
“Orang-orang yahudi berkata :’Uzair
itu putra Allah dan orang nasrani berkata :’Al-masih itu putra Allah.Demikian
itulah ucapan mereka dengan mulut mereka ,mereka meniru perkataan orang-orang
kafir yang terdahulu .Dilaknati Allah-lah mereka;bagaimana mereka sampai
berpaling?”(QS.at-Taubah]9[;30)
Sebagaimana
orang-orang yahudi sebelum mereka yang telah mengikuti hawa nafsu mereka. Umat
nasrani sangat membenci orang yahudi yang berlebihan dalam sikap keberagamaan
mereka .Tetapi tanpa sadar ,mereka telah menempuh cara yang sama dalam
beragama.Dari sini teguran menjadi sangat pada tempatnya.
Nabi Muhammad saw
.juga memperingatkan umatnya agar tidak melampaui batas dalam
beragama.”Janganlah melampaui batas dalam beragama,Karen umat sebelum kamu
binasa disebabkan olehnya”(HR.Ahmad).Dalam shahir bukhari diriwayatkan memalui
‘Umar ra .bahwa Nabi saw. Bersabda:”Janganlah kamu memujiku sebagaimana orang nasrani memuji
putra maryam .Aku tidak lain kecuali hamba,maka katakanlah :’Hamba Allah dan
Rasul-Nya’.
Pada ayat-ayat sebelumnya telah dijelaskan
juga mengenai sikap berlebihan Ahli Kitab berkenaan dengan para nabi
mereka. Ayat ini sekali lagi menegur sikap keterlaluan mereka dalam agama dan
mengatakan, penjelasan mengenai kesempurnaan para nabi,
tidak boleh menyebabkan kalian terkena sifat berlebihan, sehingga mendudukkan
mereka di tempat yang tidak semestinya.
Sejarah manusia penuh dengan sikap
berlebihan atau kurang. Sebagian orang merendahkan para nabi lebih
rendah daripada manusia biasa dan menyebut mereka sebagai gila, tak berakal dan
sebagainya. Sementara kelompok lain, mendudukkan para nabi lebih tinggi
daripada tingkat manusia dan mendudukkan mereka sejajar dengan Tuhan. Padahal
para nabi adalah orang-orang seperti manusia lainnya, yang disebabkan
kesucian dan kemuliaan, mereka mempunyai kelayakan untuk menerima wahyu
Ilahi.
Lanjutan ayat ini menjelaskan bahwa sikap keterlaluan Yahudi dan
Kristen ini mirip dengan keyakinan orang-orang Musyrik sebelum mereka yang
meyakini adanya sifat-sifat Rububiyyah pada benda-benda materi dan alami.
Mereka juga menilai semua itu memiliki peran di dalam urusan kehidupan alam
raya ini.
Dari ayat di atas dapat kita peroleh pelajaran bahwa agama berdiri
di atas dasar keadilan dan sifat seimbang. Segala bentuk sikap
keterlaluan baik berlebihan atau kurang dalam memandang tokoh-tokoh
agama, tidak sejalan dan dasar-dasar agama.
C. Al-a’raf
Ayat 199-200
1. Al-a’raf 199-200
خذالعفووامربالعرف
واعرض عن الجهلين(199) واماينزغنك من الشيطن نزغ فاستعذبا لله انه سميع عليم(200)
Artinya
:
“Ambillah maaf dan suruhlah yang ma’ruf, serta
berpalingnya dari orang-orang jahil. Dan jika engkau benar-benar dibisikkan
oleh syetan dengan satu bisikan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah.
Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Setelah
ayat-ayat yang lalu mengecam dengan keras kaum musyrikin dan sesembahan mereka,
maka kini tiba tuntunan kepada rasul saw. dan umatnya tentang bagaimana
menghadapi mereka lebih lanjut, agar kebejatan dan keburukan mereka dapat
dihindari. Ayat ini berpesan; Hai Nabi Muhammad saw, Ambillah maaf, yakni
jadilah pemaaf dan suruhlah orang
mengerjakan yang ma’ruf serta berpaling
dari orang-orang jahil.
2. Tafsir
Mufrodat
( خذ ) khudz/ambillah. Kata ini digunakan untuk memberi mudharat, karena
itu makna melakukan suatu makna melakukan
suatu aktivitas, atau menghiasi diri dengan satu sifat yang dipilih dari
sekian banyak pilihan. Dengan adanya beberapa pilihan itu , kemudian memilih
salah satunya, maka pilihan tersebut
serupa dengan mengambil.
( العفو ) al-‘afwu/maaf, terambil dari akar kata yang terdiri dari
huruf-huruf ‘ain, fa’ dan waw.
Maknanya berkisar pada dua hal yaitu meninggalkan
sesuatu dan memintanya.
( الجهلين ) al-jahilin adalah bentuk
jamak dari kata ( االجاا هل ) jaahil.
Kata ini di gunakan Al-Qur’an bukan sekedar dalam arti seorang yang tidak
tahu / bodoh, tetapi juga dalam arti pelaku yang kehilangan control dirinya.
Istilah ini juga digunakan dalam arti mengabaikan nilai-nilai ajaran Illahi.
( ينزغنك ) berasal dari kata ( نزغ ) yang artinya menusuk. Akan
tetapi kata ini hanya digunakan untuk pelaku syetan. Maka dari itu kata ( ينزغ ) bisa dartikan bisikan halus
syetan atau rayuan dan godaannnya untuk menghilangkan kebenaran.
3. Munasabah Ayat
Yang berkaitan dengan surat ini ialah surat
Al-Anfal ayat 11 yaitu:
اذيغشيكم
النعاس امنةمنه وينزل عليكم من السماءماءليطهركم بهويذهب عنكم رجزالشيطن وليرطب
علئ قلوبكم ويثبت به الاقدام.
Artinya:
“(ingatlah) ketika Allah menjadikan kamu
mengantuk sebagai suatu penentraman dari padanya dan Allah menurunkan kamu
hujan dari langit untuk menyucikan dengan hujan itu dan mengghilangkan dari
kamu gangguan-gangguan syetan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh
dengannya telapak kakimu”.
Dari ayat
199-200 dalam surat Al-A’raf memerintahkan untuk manusia meminta pertolongan
kepada Allah diri godaan syetan karna sesungguhnya Allah maha mendengar lagi
maha mengetahui dan pada ayat 11 dari surat Al-An’am menjelaskan bahwa
sesungguhnya Allah menghilangkan dari manusia gangguan syetan dan memperkuat
keimanannya.
Dalam
surat Al-A’raf ayat 199-200 ini menerangkan dasar-dasar akhlak karimah. Metode
yang digunakan dalam ayat ini ialah dengan
cara Hikmah. Pada ayat ) خذالعفووامربا العرف) yaitu: merupakan suatu cara
yang paling utama baik pengetahuan maupun perbuatan dan bebas dari kesalahan.
Dalam
surat Al-A’raf ayat 199-200, dijelaskan
bahwa meskipun ayat ini hanya dengan redaksi yang sangat singkat, namun telah
mencakup semua sisi budi pekerti yang luhur yang berkaitan dengan hubungan
antar manusia.
Rasulullah
saw. Sebagai manusia, tentu saja dapat marah jika kejahilan orang-orang musyrik
telah mencapai puncaknya. Apalagi syetan yang menjadi musuh abadi manusia. Nabi
saw. dan umatnya diingatnya dengan redaksi yan mengandung penekanan-penekanan
bahwa jika dibisikkan yakni dirayu dengan halus dan tipu daya oleh syetan yaitu
satu bisikan untuk meninggalkan apa yang dianjurkan kepadamu seperti marah,
maka mohonlah perlindungan kepada Allah, dengan demikian Allah akan mengusir
bisikan dan godaan itu serta melindungimu karena ssungguhnya Allah Maha
Mendengar atas permohonan dan Maha Mengetahui
apa yang engkau dambakan serta mengetahui pula dengan apa yang
direncakan oleh syetan.
D.
Surat Al-Hajj Ayat 78
1. Ayat 78
وجهدوا
في الله حق جهاده. هواجتبكم وماجعل عليكم في الدين من حرج ملة ابيكمم ابراهيم. هو
سمكم المسلمين من قبل وفي هذاليكون الرسول شهيدا عليكم وتكونوا شهداء علي الناس.
فاقيمواالصلوة واتوا الزكوة واعتصموا بالله هو مولكم. فنعم المولى ونعم
النصير.(سورة: الحج٧٨ )
Artinya:
“Dan
berjihadlah pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah
memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama
sedikit kesempitanpun; agama orang tua kamu Ibrahim. Dia telah menamai kamu
muslim sejak dahulu dan di dalam ini, supaya Rasul menjadi saksi atas kamu dan
supaya kamu mejadi saksi atas segenap manusia, maka laksanakanlah shalat dan
tunaikanlah zakat dan berpeganglah pada (tali) Allah. Dia pelindung kamu, maka
Dialah sebaik-bak pelindung dan sebaik-baik penolong.
Shalat, ibadah dan amal kebajikan
bukanlah sesuatu yang mudah dipenuhi, karena dalam diri manusia ada nafsu yang
selalu mengajak kepada kejahatan, disekelilingnya ada setan yang menghambat,
karena itu manusia perlu berjihad mencurahkan seluruh tenaga dan emampuan agar
amal-amal kebajikan itu dapat terlaksana dengan baik.
2.
Analisis Ayat Berdasarkan Pendapat
Ilmuan Tafsir.
“Dan
berjihadlah kamu pada jalan Allah, sebenar-benarnya jihad” dari
penggalan ayat ini al-Qurthubi dalam Tafsirnya: “Setengah ahli tafsir berkata:
“Yaitu berjihad memerangi kafir.” Setengah lagi menafsirkan: “Ini adalah
isyarat menyuruh kerja keras untuk melaksanakan segala yang diperintah Allah,
menghentikan segala larangan-Nya.” Artinya berjihadlah terhadap dirimu
sendirisupaya hanya kepada Allah saja taat dan kekanglah nafsu bila hawanya
telah mendorong, dan bejihadlah menentang syaitan yang mencoba memasukkan
was-wasnya. Berjihadlah membendung orang zalim dari kezaliman-nya dan orang
kafir di dalam kamu menolak kekafirannya.
Terhadap
diri sendiri kita melakukan jihad, Nabi bersabda menurut Hadits yang dirawikan
Ibnu Syuraih:
المجاهد
من جاهد نفسه لله عزوجل
“Orang
yang mujahid ialah yang berjihad terhadap diri sendiri karena Allah
Azzawajalla.”
Pernah pula ditanyakan
orang kepada Rasulullah saw: Apakah jihad yang paling utama?
اي
الجهادافضل؟
Beliau
menjawab:
كلمة عدل عندسلطان جائر
Artinya:
“Kata-kata
yang benar dihadapan penguasa yang zalim.”
“Dia
telah memilihmu.” Ini adalah ucapan
penghargaan tertinggi Tuhan kepada orang yang beriman, karena hanya mereka yang
sanggup berjihad terus-menerus, hilang atau terbilang, menang atau syahid.
Sesungguhnya Dia tidaklah menjadikan untuk kamu dalam agama ini suatu
kesempitan. Dimana agama Islam mewajibkan penganutnya untuk shalat 5 waktu dan
jika ia tidak mampu melaksanakannya dalam keadaan berdiri maka diperbolehkan
duduk dana jika tidak mampu maka diperbolehkan atasnya berbaring dana begitulah
terus-menerus. Sebagaimana agama ini tidak memberatkan penganutnya dalam mengemban
amanah sebagai Khalifah.
pada
ayat inilah terdapat perintah beramal baik yang menegaskan bahwa: perhatikanlah
ajakan yang terdapat pada ayat sebelumnya dan
berjihadlah yakni curahkan semua kemampuan dan totalitas kamu pada jalan Allah dengan jihad yang
sebenar-benarnya yakni karena Allah serta sesuai keagungan-Nya untuk
menegakkan kalimat Allah dan mengalahkan musuh dan hawa nafsu, sehingga kamu
menjadi hamba-hamba-Nya yang taat. Sungguh perlu kamu lakukan hal itu dalam
rangka mensyukuri-Nya karena Dia telah
memilih kamu sebagai umat pertengahan dan pilihan serta menjadikan kamu
sekalian sebagai pembela-pembela agama-Nya dan
apa yang diperintahkan itu tidaklah berat bagimu karena Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu
dalam agama yang dipilih-Nya untuk
kamu itu sedikit kesempitanpun yakni
Allah tidak menetapkan satu hukum agama yang menyulitkan atau memberatkan kamu,
Dia justru memberikan kemudahan setiap terjadi kasus yang memberatkan kamu.
Oleh karena itu, pegang teguhlah agama ini, sebagaimana Dia tidak menjadikan
sedikit kesulitanpun pada agama orang tua
kamu Ibrahim. Nabi yang sangat agung dan diagungkan oleh semua penganut
agam samawi. Nabi yang menolak penyembahan berhala sambil mengumandangkan
aqidah tauhid. Dia yakni Allah telah menamai kamu muslim yakni orang-orang
yang berserah diri. Penaman itu sejak
dahulu, di dalam kitab-kitab suci yang telah diturunkan-Nya dan begitu pula di dalam Al-Qur’an ini;
supaya Rasul menjadi saksi atas kamu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia.
Karena banyaknya nikmat Allah kepada kamu, antara
lain yang isebut di atas dan karena kamu adalah umat pilihan-Nya, maka laksanakan shalat secara baik dan
bersinambung dan tunaikanlh zakat secara
sempurna dan berpeganglah kamu semua pada tali agama Allah. Dia saja pelindung yang
menangani serta memenuhi keperluan kamu,
maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.
3. Kosakata
Penafsiran Ayat.
Kata ) جهاد ) jihad diambil dari kata ( جهد ) juhd yang mempunyai
aneka makna, antara lain: upaya,
kesungguhan, keletihan, keulitan, penyakit, kegelisahan dan lain-lain.
Dalam Al-Qur’an ditemukan sekitar empat puluh kali kata jihad, dengan berbagai bentuknnya. Maknanya bermuara kepada mencurahkan seluruh kemampuan dan menanggung
pengorbanan.
Mujahid
adalah yang mencurahkan seluruh kemampuannya dan berkorban dengan nyawa
atau tenaga, pikiran, emosi dan apa
saja yang berkaitan dengan diri manusia. Jihad adalah cara untuk mencapai
tujuan. Caranya disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dan dengan modal
yang tak tersedia. Jihad tidak mengenal putus asa, menyerah, bahkan kelesuan,
tidak pula pamrih.
Ada kesalah pahaman tentang
pengertian jihad; ini mungkin disebabkan karena sering kali kata itu baru
terucapkan pada saat perjuangan fisik, sehingga diidentikkan dengan perlawanan
bersenjata. Kesalahpahaman itu disuburkn juga oleh terjemahan yang keliru
terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang jihad dengan anfus. Kata anfus seringkali ditejemahkan dengan jiwa.
Al-Qur’an
mempersonofikasikan wujud seseorang di hadapan Allah dan masyarakat dengan
menggunakan kata nafs. Kalau
demikian, tidak meleset jika kata itu dalam konteks jihad dipahami dalam arti
totalitas manusia, sehingga kata nafs mencakup
nyawa, emosi, pengetahuan, tenaga, pikiran, walhasil totalitas manusia, bahkan
juga waktu dan tempat, karena manusia tidak dapat memisahkan diri dari
keduanya. Pengertian ini, dapat diperkuat dengan perintah berjihad pada ayat
yang ditafsirkan ini yang tidak menyebut objek jihad.
Sejak masih di Makkah, ketika kaum
muslimin belum kuat dan belum mampu mengangkat senjata atau melawan secara
fisik, Allah telah memerintahkan berjihad. Ketika itu Allah berfirman:
فلا
تطع الكافرين وجاهدهم به جهادا كبيرا اجتباكم.
“Maka janganlah engkau
mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengannya (yakni
dengan Al-Qur’an) dengan jiha yang benar”
(QS.al-Furqan:52).
Beraneka ragam jihad dari segi lawan
dan buahnya. Ada jihad melawan orang-orang kafir, munafik, setan, hawa nafsu,
dan lain-lain. Buahnya pun berbeda-beda. Jihad Ilmuan adalah pemanfaatan
ilmunya; Karyawan adalah karyanya yang baik; Guru adalah pendidikannya yang
sempurna; Pimpinan adalah keadilannya; Pengusaha adalah kejujurannya, Pemangkul
senjata adalah kemerdekaan dan penaklukan musuh yang zalim. Semua jihad apapun
bentuknya dan siapapun lawannya, harus karena Allah dan tidak boleh berhenti
sebelum berhasil dan kehabisan modal. Itulah yang dimaksud dengan (
حق جهاده )
haqq jihadihi.
Kata ( اجتباكم ) ijtabakum/ telah
memilih kamu, dipahami oleh Thabathaba’i dalam arti pilihan khusus yang
menjadikan seseorang hanya mengarahkan pandangan kepada Allah. Allah telah menjadi perhatiannya yang penuh
sehingga tidak ada lagi tempat di dalam hatinya untuk selain Allah. Ia
tidak lagi menoleh kepada dirinya tetapi selalu dalam hubungan harmonis dengan
Allah yang telah memilihnya untuk hanya mengingat dan mengabdi kepada-Nya. Jika
pendapat Thabathaba’I ini diterima, maka yang dimaksud terpilih oleh Allah itu, adalah manusia-manusia khusus, bukan
sembarang orang beriman.
Firman-Nya:
وما
جعل عليكم فى الدين من حرج
“Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk
kamu dalam agama sedikit kesempitanpun”
Dalam artian agama di
atas adalah yang dipilih-Nya untuk kamu, firman di atas sejalan dengan ayat
berikut:
يريدالله
بكم اليسر ولايريد بكم العسر
“Allah menghendaki untuk kamu kemudahan dan
Dia tidak menghendaki buat kamu sekalian atas kesulitan.” (QS.
Al-Baqarah:185).
Agama Islam sejalan dengan fitrah
manusia, sehingga semua tuntutannya mudah dilaksanakan. Apabila dalam satu
situasi dan kondisi terjadi hal-hal yang menjadikan seseorang mengalami
kesulitan dalam melaksanakan tuntutannya, maka tuntutan yang terasa
memberatkannya itu menjadi ringan melalui tuntutan lainnya. Siapa yang berat
berpuasa di bulan Ramadhan, maka dia dapat menangguhkannya di bulan lain,
kalaupun di bulan lain dia tetap menemukan kesulitan, maka dia dapat membayar
fidyah, kalau ini pun tidak, maka Allah Maha Pengampun. Hanya beberapa jenis
makanan yang dilarang, itupun jika terpaksa, misalnya karena merasa lapar yaitu
yang mengancam kelangsungan hidup, maka yang haram itu menjadi halal dalam
batas memelihara hidup. Walhasil, “kalau satu tuntutan agama terasa berat, maka
otomatis ada jalan keluar yang meringankannya.”
Kata ( ملة) millah, terambil
dari kata yang berarti meng-imla’-kan,
yakni membacakan kepada orang lain agar
ditulis olehnya. Kata ini sering kali dipersamakan dengan kata din/agama. Ini karena agama atau millah adalah tuntutan-tuntutan yang disampaikan
Allah SWT, bagaikan sesuatu yang di-imla’-kan
dan ditulis, sehingga sama sepenuhnya dengan apa yang disampaikan itu. Menurut
ar-Raghib al-Ashfahani, menggunakan kata millah,
selalu dikaitkan dengan nama penganjurnya, yang dalam ayat ini dikaitkan
dengan Nabi Ibrahim as. Di sisi lain, biasanya kata millah tidak digunakan kecuali untuk menggambarkan keseluruhan
ajaran agama, tidak dalam rinciannya, sedang kata (دين) din penggunaan, di
samping untuk keseluruhan ajaran, juga dapat untuk rinciannya.
Firman-Nya: (
ملة ابيكم ابراهيم
) millata abikum Ibrahim/ agama orang tua
kamu Ibrahim, ada juga yang memahaminya dalam arti agama Islam yang
disampaikan oleh Nabi Muhammad saw. Yang tidak terdapat sedikit kesempitan itu,
sama dalam dasar dan prinsip-prinsipnya dengan millah Ibrahim as, yaitu tauhid, kesucian dengan fitrah, moderasi,
penegakan hak dan keadilan, keramah-tamahan dan lain-lain. Thahir Ibn ‘Asyur
memahami penggalan ayat ini sebagai pujian terhadap ajaran Islam sekaligus
dorongan agar memeluknya, karena agama Islam adalah agama yang dibawa oleh dua
orang Nabi agung-Muhammad saw dan Nabi Ibrahim as- dan ii menurutnya merupakan
cirri khusus agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw. Menurut Thahir Ibn
‘Asyur- makna sabda Nabi: “Aku adalah do’a ayahku Ibrahim” (HR. Abu Daud
ath-Thayalisi melalui: “Ubadah Ibn Shamith). Doa yang dimaksud adalah
permohonan Nabi Ibrahim as:
ربنا
و ابعث فيهم رسولا منهم
“Tuhan kami utuslah dari kalangan mereka (masyarakat Makkah)
seorang Rasul dari mereka” (QS.al-Baqarah:129).
Jika makna ini yang dipilih, maka itu berarti bahwa agama Islam yang dibawa
oleh Nabi Muhammas saw. Itu adalah agama Nabi Ibrahim as, dalam arti bahwa
agama Islam mencakup agama Nabi Ibrahim as. Benar ahwa agama Islam mengandung
banyak hokum dan tuntutan, tetapi ia mengandung banyak dari tuntutan dan ajaran
Nabi Ibrahim as, yang tidak dikandung oleh syari’at yang lain, sehingga agama
yang disampaikan Nabi Muhammad saw. Dijadikan bagian millah Nabi Ibrahim as. Demikianlah pendapat Thahir Ibn ‘Asyur.
Ayat ini menamai Nabi
Ibrahim as, sebagai ( ابيكم ) abikum yang secara
harfiah berarti ayah
kamu. Ini bukan berarti bahwa mitra bicara di sini hanyalah orang-orang
Arab tertentu, karena mereka memiliki garis keturunan kepada Nabi Ibrahimn as.
Kata (ابيكم
) abikum terambil dari kata ( اب ) ab yang tidak selalu berarti ayah
kandung atau sumber garis keturunan. Al-Qur’an menamai azar paman Nabi Ibrahim as. Dengan (اب) ab, yaitu pengartian
dari surat al-An’am:74. Nabi Ibrahim mendapatkan julukan sebagai bapak orang-orang mu’min dikarenakan
beliau diakui oleh al-Qur’an sebagai orang pertama/ yang paling utama yang
menyatakan dirinya untuk menyerahkan diri kepada Allah, dan beliaupun
menyatakan sesuai dengan firman-Nya:
فمن
تبعني فانه مني
“Siapa yang mengikutiku
maka sesungguhnya ia adalah bagian dari diriku” (QS.
Ibrahim: 36).
Firman-Nya (
شهيدا ) syahidan/saksi
dapat berarti objek dan juga berarti subjek, sehingga kata tersebut dapat
berarti yang disaksikan atau yang menyaksikan. Rasul menjadi saksi
kebenaran dan kebaikan amal-amal kaum muslimin di hari kemudian, atau Rasul
akan menjadi saksi apakah sikap dan gerak ummat Islam sesuai dengan tuntutan Illahi atau tidak. Oleh karena itu, jika
kita memahami kata syahid sebagai subjek.
Sedang kalau kata itu dipahami dalam arti subjek
maka beliau adalah yang disaksikan
dan diteladani oleh kaum muslimin.
Umat Islam sebagai syuhada’ (bentuk jamak kata dari syahid) juga demikian. Mereka kelak di
hari kemudian akan menjadi saksi bahawa para Rasul terdahulu telah menyampaikan
ajaran Illahi kepada umat mereka.
Kesaksian ini lahir karena semua kaum muslimin memepercayai semua rasul dan
tidak membedakan dalam kepercayaan mereka itu antara satu rasul dan rasul
lainnya (QS. Al-Baqarah:285), dan mereka juga percaya kepada Al-Qur’an yang
menyatakan bahwa para rasul itu telah menunaikan amanah Illahi dengan sempurna.
Jika kata tersebut dipahami dalam
arti objek, maka kaum mislimin adalah syuhada’
yang harus menjadi teladan-teladan kebajikan bagi umat lain setelah mereka
manjadikan Nabi Muhammad saw. Teladan mereka.
Kata ( اعتصموا ) I’tashimu terambil
dari kata ( عصم ) ‘shama, yang
bermakna menghalangi. Penggalan ayat
ini mengandung perintah untuk berpegang kepada tali agama Allah yang berfungsi menghalangi seseorang terjatuh.
Menurut pendapat Fakhruddin ar-Razi, setiap orang yang berjalan pada jalan yang
sulit, akan khawatir tergelincir jatuh. Tetapi jika ia berpegang pada tali yag
terulur pada kedua ujung jalan yang dilaluinya, maka ia akan merasa aman untuk
tidak terjatuh, apalagi jika tali tersebut kuat dan cara memegangnya pun kuat.
Yang memilih tali yang rapuh atau tidak berpegang teguh- walau talinya kuat-
kemungkinan besar akan tergelincir sebagaimana dialami oleh banyak orang.
Ayat di atas memang tidak menyebut
kata tali, tetapi firman-Nya dalam
surat al-Imran:103, menyebut kata tali Allah itu. Yang dimaksud dengan tali adalah ajaran agama melalui al-Qur’an. Rasul saw melukiskan Al-Qur’an
dengan sabdanya: “Huwa habl Allah
al-matin ( Dia adalah tali Allah yang kukuh).”
Kata ( مولاكم ) maulakum terambil
dari kata ( ولي ) waliya yang berarti
dekat. Dari makna tersebut lahir
makna-makna baru seperti pembela, pelindung.
Karena yang dekat pada Anda pastilah membela, melindungi serta memperhatikan kemaslahatan
Anda.
Pelaksanaan
tuntutan ayat di atas hasilnya adalah takwa, dan perlu diingat bahwa awal ayat surat ini adalah perintah bertakwa,
dan di sini ditunjuk cara untuk mencapai takwa itu.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ø Al-Baqarah 109,
Ayat ini sekaligus memberi isyarat bahwa iman yang bersemai dihati orang-orang
mukmin ketika itu sedemikian mantap sehingga melahirkan kekuatan yang dapat
menghentikan ulah orang-orang yahudi .Karena adanya kekuatan itu,maka Allah
memerintahkan mereka menahan diri ,sebab hanya yang memiliki kekuatan mental
yang dapat menahan diri dan memberi maaf.
Ø
Setelah ayat-ayat yang lalu mengecam
dengan keras kaum musyrikin dan sesembahan mereka, maka kini tiba tuntunan
kepada rasul saw. dan umatnya tentang bagaimana menghadapi mereka lebih lanjut,
agar kebejatan dan keburukan mereka dapat dihindari. Ayat ini berpesan; Hai
Nabi Muhammad saw, Ambillah maaf,
yakni jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf serta berpaling dari orang-orang
jahil.
Ø
Dalam surat Al-A’raf ayat 199-200 ini
menerangkan dasar-dasar akhlak karimah. Metode yang digunakan dalam ayat ini
ialah dengan cara Hikmah. Pada ayat ) خذالعفووامربا العرف) yaitu: merupakan suatu cara
yang paling utama baik pengetahuan maupun perbuatan dan bebas dari kesalahan.
Ø
“Dan
berjihadlah kamu pada jalan Allah, sebenar-benarnya jihad” dari
penggalan ayat ini al-Qurthubi dalam Tafsirnya: “Setengah ahli tafsir berkata:
“Yaitu berjihad memerangi kafir.” Setengah lagi menafsirkan: “Ini adalah
isyarat menyuruh kerja keras untuk melaksanakan segala yang diperintah Allah,
menghentikan segala larangan-Nya.” Artinya berjihadlah terhadap dirimu
sendirisupaya hanya kepada Allah saja taat dan kekanglah nafsu bila hawanya
telah mendorong, dan bejihadlah menentang syaitan yang mencoba memasukkan
was-wasnya. Berjihadlah membendung orang zalim dari kezaliman-nya dan orang
kafir di dalam kamu menolak kekafirannya.
Ø فلا تطع الكافرين وجاهدهم به جهادا كبيرا اجتباكم.
“Maka janganlah engkau
mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengannya (yakni
dengan Al-Qur’an) dengan jihad yang benar”
(QS.al-Furqan:52).
DAFTAR PUSTAKA
Ø
Hamka. Tafsir Al Azhar Juz XVII. Pustaka
panjimas, Jakarta 1982. Cet 2001.
Ø
Shihab
Quraish. Tafsir Al-Misbah pesan kesan dan
keserasian Al-Qur’an. Jakarta, Lentera Hati. Cet I 2002.
Ø
Mushthafa
Ahmad Al-Maraghi. Tafsir Al-Maraghi. Semarang, Toha
Putra. Cet I 1987.
Ø
Al-Qur’an dan
Terjemahnya. Kompleks percetakan Al-Qur’an Khadim al-Haramain asy Syarifain
Raja Fahd. Madinah Munawwarah di bawah pengawasan Depertemenn Haji dan Wakaf
Saudi rabia. Thn 1413 H.