MAKALAH
Membangun Generasi muda yang super intelektual, spiritual and
emotional
Makalah ini
diajukan sebagai syarat memenuhi tugas UAS matakuliah Ilmu Sosial
Dosen Pembimbing:
Bpk. Saiful Bahar
Disusun
Oleh:
Rif’atul Khoiriah
Malik
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT
AGAMA ISLAM NURUL JADID
PAITON
PROBOLINGGO
JANUARI 2013
KATA PENGANTAR
Dengan rasa syukur Alhamdulillah atas taufiq,
hidayah dan inayahnya, sehingga makalah ini diselesaikan dengan baik, meskipun
banyak kekurangan di dalamnya, karena keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan semata.
Sholawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan
atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan cahaya yang terang
benderang kepada seluruh umat manusia.
Dan tidak lupa pula ucapan terima
kasih kepada:
1. Jajaran pengasuh
Pondok-Pesantren Nurul Jadid.
2. Bpk. Saiful Bahar
selaku Dosen Pembimbing
3. Semua pihak yang telah membantu secara moral
ataupun material sehingga penulisan makalah ini dapat diselesaikan dengan waktu
yang telah di tentukan
4.
Dan terkhusus untuk orang tua yang telah membantu
dengan do’anya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritik penulis sangat harapkan guna
sempurnanya penyusunan makalah ini dan semoga rahmat dan ridho-Nya makalah ini
dapat berguna bagi kita semua amin.
Paiton, 11 Januari 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Menurut Soerjono Soekarto, masalah social (social problem)
adalah ketidaksamaan antara unsur-unsur
kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok social. Adapun
menurut J.L. Gillin dan J.P. Gillin, masalah social adalah ketidak sesuaian
yang akan menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan pokok warga kelompok social
tersebut, sehingga menyebabkan kepincangan ikatan social.
Dari beberapa definisi di atas, penulis mulai mengenal apa yang
terletak dalam masalah social yang kita kenal dalam bahasa English social
problem. Sebelum meriset lebih lanjut tentang permasalahan social yang
dihadapi penulis di daerah Sulawesi tenggara, tepatnya Kendari. Dari berbagai
pengalaman pribadi maupun pengetahuan umum, sangatlah mudah bagi wilayah yang
tidak berpegang erat dengan syari’at masuk dalam lubang kemunafikan.
Banyak yang saya ketahui dalam pola perkembangan masyarakat Kendari
lebih mengutamakan kehidupan antar suku, dari beragam suku yang berbaur di
dalamnya suku Buton, suku Tolaki, suku Bugis, suku Muna dan masih banyak
lagi, berdampak pada rasa toleransi antar suku yang menyebapkan kerukunan
tetap berjalan di dalamnya. Namun lain dari pada itu, pengetahuan keagamaan di
dalamnya tidaklah meluas sebagaimana kepulauan Jawa menerapkan ritual keagamaan
setiap mengadakan perjamuan. Inilah yang menjadi topic utama penulis,
sebagaiman pengetahuan keagamaan sangatlah berperan penting untuk membangun
karakteristik generasi muda sebagai generasi yang berakhlakul karimah dan
berpengetahuan luas.
Pesantren yang menjadi pusat pendidikan akhlakul karimah telah
terkikis dalam lingkup wilayah Kendari, dikarenakan pemahaman yang belum
memadai untuk menindaklanjuti pendidikan anak kepada jenjang ilmu pengetahuan
agama. Meski ilmu pengetahuan telah dikuasai, namun ilmu keagaam tidak
diketahui sama sekali, maka jalan buntu yang akan ia dapatkan. Karna shirot (jalan)
yang seharusnya menjadi sandarannya diterpa oleh keangkuhan yang bersumber dari
sifat syaithani. Olek karna itu, perlu ditanamkan dalam diri seseorang
kecerdasan intelektual, spiritual, dam emotional. Sehingga, dengan ketifa
kecerdasan itu mampu membangun karakter bangsa yang berjiwa besar.
Ada banyak lagi yang akan dibahas penulis dalam makalah ini,
berbagai macam asumsi dasar masalah social, pembagian kelompok social
problem disandarkan dengan problem solving yaitu jalan keluar dari
masalah. Ini semua akan dibahas secara spesifik oleh pemakalah.
B.
Rumusan Masalah
Dalam mengalami krisis perkembangan social yang menjadikannya
sumber permasalahan social, membawa kita untuk mengetahui sampai tingkat mana
permasalahan itu dapat dipecahkan. Berikut rumusannya:
1.
Apa yang dimaksud dengan masalah social?
2.
Sebutkan klasifikasi masalah social yang dikemukakan oleh Stark
(1975)
3.
Jelaskan masalah yang telah melanda kota Anda?
4.
Bagaiman problem solving untuk
mengatasi masalah itu agar mampu teratasi?
C.
Tujuan Permasalah
Setiap langkah kita mengenal visi maupun misi, oleh karena itu
penulis merancang tulisan ini tidak lain untuk:
1.
Mengenal masalah yang telah melanda daerah kelahiran
2.
Mengedintifikasikan masalah-masalah yang telah terjadi dalam ranah
social.
3.
Memberikan solusi untuk mencegah terjadinya masalah yang berkepanjangan.
4.
Memahami masalah social maupun problem social yang akan
menjadi tanggungan sebagai generasi muda.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Masalah Sosial
Blumer
(1971) dan Thompson (1988) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan masalah sosial
adalah suatu kondisi yang dirumuskan atau dinyatakan oleh suatu entitas yang
berpengaruh yang mengancam nilai-nilai suatu masyarakat sehingga berdampak
kepada sebagian besar anggota masyarakat dan kondisi itu diharapkan dapat
diatasi melalui kegiatan bersama. Entitas tersebut dapat merupakan pembicaraan
umum atau menjadi topik ulasan di media massa, seperti televisi, internet,
radio dan surat kabar.
Jadi
yang memutuskan bahwa sesuatu itu merupakan masalah sosial atau bukan, adalah
masyarakat yang kemudian disosialisasikan melalui suatu entitas. Dan tingkat
keparahan masalah sosial yang terjadi dapat diukur dengan membandingkan antara
sesuatu yang ideal dengan realitas yang terjadi (Coleman dan Cresey, 1987).
Masalah social adalah ketidak sesuaian antara unsur-unsur
kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan kehidupan kelompok social. Masalah
social timbul dari kekurangan-kekurangan dalam diri manusia atau kelompok
social yang bersumber pada fakor ekonomis, biologis, psikologis dan kebudayaan.
J.L. Gillin dan J.P. Gillin mengemukakan masalah social adalah
ketidak sesuaian yang akan menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan pokok
warga kelompok social tersebut, sehingga menyebapkan kepincangan ikatan social.
Kepincangan
yang dianggap sebagai masalah social oleh suatu masyarakat tergantung dari
system nilai social masyarakat tersebut. Namun, pada dasarnya beberapa
persoalan yang dihadapi oleh masyarakat pada umumnya sama, yaitu sebagai
berikut:
1.
Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan di mana
seseorang tidak sanggup memelihara dirinya sendiri dengan taraf kehidupan
kelompok, serta tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental dan fisiknya dalam
kelompok tersebut.
2.
Kejahatan
Menurut Edwin H Shuterland, bahwa
seseorang berprilaku jahat memiliki cara yang sama dengan yang tidak jahat.
Artinya prilaku jahat dipelajari dari interaksi dengan orang lain, dan orang
tersebut mendapatkan prilaku jahat sebagai hasil interaksi yang dilakukannya
terhadap orang-orang jahat yang cenderunng berprilaku melawan norma-norma hokum
yang ada.
3.
Disorganisasi
Keluarga
Disorganisasi keluarga adalah
perpecahan keluarga sebagai unit karena anggota-anggotanya gagal memenuhi
kewajiban-kewajibannya sesuai dengan peranan sosialnya. Secara sosiologis
bentuk dari disorganisasi keluarga adalah sebagai berikut:
a)
Unit
keluarga tidak lengkap karena hubungan di luar perkawinan.
b)
Disorganisasi
keluarga karena putusnya perkawinan akibat perceraian, pisah ranjang dan
sebagainya.
c)
Adanya
kekurangan dalamkuluarga tersebut, yaitu dalam hal komunikasi antaranggotanya.
d)
Krisis
keluarga yang disebabkan faktor internal
e)
Krisis
keluarga karena kepala keluarga meninggalkan
rumah.
4.
Masalah
Generasi Muda dalam Masyarakat Modern
Masalah ini ditandai adanya keinginan
untuk melawan dan sikap apatis. Kondisi ini sering dinamakan kenakalan remaja.
Istilah ini sering dinamakan juvenile delinquency atau
kejahatan/kenakalan anak-anak muda. Gejala ini merupakan gejala patologis yang
secara social pada anak remaja disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian social,
sehingga mereka mengembangkan bentuk tingkahlaku yang menyimpang. Dilenquency,
ini selalu mempunyai konotasi serangan, pelanggaran, kejahatan, dan
keganasan yang dilakukan oleh anak-anak remaja muda di bawah usia 20 tahun.
Pengaruh social dan cultural
memainkan peranan yang besar dalam pembentukan atau pengkondisian tingkahlaku
anak-anak remaja. Secara umum mereka dianggap dalam suatu transisi yang
ditandai dengan adanya pergolakan batin pada masa remaja atau adolesens.
B.
Social
Problem dalam Ranah Masyarakat Kendari
Untuk
memudahkan mengamati masalah-masalah sosial, Stark (1975) membagi masalah
sosial menjadi 3 macam yaitu :
1.
Konflik dan kesenjangan, seperti : kemiskinan,
kesenjangan, konflik antar kelompok, pelecehan seksual dan masalah lingkungan.
2. Perilaku menyimpang, seperti : kecanduan obat terlarang, gangguan mental, kejahatan,
kenakalan remaja dan kekerasan pergaulan.
3. Perkembangan manusia, seperti : masalah keluarga, usia
lanjut, kependudukan (seperti urbanisasi) dan kesehatan seksual.
Untuk
memahami kepercayaan suatu budaya tidaklah lebih mudah dibanding harus
menuliskannya dalam suatu kabar berita, namun yang akan kami singgung di sini
ialah pemikiran masyarakat Kendari akan sosialisasi keagamaan di dunia
pesantren sangatlah menekan anak dididk dengan berbagai kedisiplinan yang telah
diterapkan dalam sebuah pesantren. Ini dikarenakan jalur keagamaan di wilayah
Kendari tidaklah seluas wilayah Jawa yang kononnya mayoritas Kyai terdapat di
daerah ini. Adapun masalah social yang terjadi di wilayah ini ialah sebagai
berikut:
1.
Perkembangan
manusia
Dalam proses ini manusia secara
umum akan cenderung memenuhi kebutuhan pribadinya sebelum beranjak kepada
kepentingan keluarga maupun sosial. Kita kenal dengan tahapan sosialisasi dalam
ilmu social, yaitu tahapan secara bertahap untuk memasuki ranah social.
Pertama-tama kita mengenal Preparatory
Stage yaitu tahap awal seseorang untuk mengenal lingkungan sosialnya, yaitu
dimulai dengan orang-orang terdekat dengan dirinya seperti Ibu, Ayah dan
keluarga. Tahapan ini juga merupakan persiapan untuk mengenal dunia sosialnya
dan termasuk persiapan untuk pemahaan tentang diri. Adapun tahapan yang kedua, Play
Stage dalam tahapan ini anak mulai dari meniru dengan lebih baik lagi atau
sempurna. Selain itu anak dapat memahami peranan dirinya serta apa yang
diharapkan dari dirinya dan peranan yang dimiliki orang lain. Manganal tahapan
selanjutnya yaitu Game Stage, anak mulai bersikap mandiri dan memiliki
ego berdasarkan kesadaran sendiri. Tingkat interaksi pada tahap siap bertindak
ini meningkat sehingga anak mampu mengambil peranan dalam masyarakat yang lebih
luas. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dan menempatkan dirinya semakin jelas,
serta kemampuan untuk menerima atau menyesuaikan dengan nilai dan norma yang
berada diluar keluarganyapun dapat dijalaninya dengan kesadaran sebagai bagian
aktif dari masyarakat. Tahapan yang terakhir ialah Tahap Penerimaan Norma
Kolektif, pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat
menempatkan dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain ia
dapat bertenggang rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi
dengannya, tetapi juga dengan masyarakat secara lebih luas. Dalam tahapan
inilah, manusia dewasa membuat norma-norma yang sesuai dengan akal sehatnya
terkadang mereka mengabaikan hati nurani, demi kepetingan kemasyarakat yang
mereka yakini. Terkadang hati nuranilah yang menunjukkan seseoarang pada jalan
kesucian melalui agama Islam, seperti halnya orang-orang yang melakukan
kejahatan dalam ranah social yaitu mencuri, mabuk-mabukan, pelecehan seksual,
pembunuhan dan lain sebagainya. Ialah mereka yang mengabaikan bisikan hati
untuk menjauhi perbuatan itu. Sebagaiman perbuatan itu telah dikecam dalam
agama ialah perbuatan haram dan niscaya Allah akan melemparkannya dalam api
neraka yang sangat pedih.
Asumsi dasar yang telah berkembang
di penduduk Kota Kendari ialah pendidikan pesantren yang tidak memadai, dengan
fakta yang terjadi. Para orangtua tidak memahami arti kedisiplinan maupun
kesederhanaan yang ada dalam dunia kepesantrenan. Anak yang tidak mendapatkan
perizinan dikala sakit, akan mendapatkan pelayanan dalam BKSM (Balai Kesehatan
Masyarakat) dalam pondok, namun dampak yang tejadi para orangtua wali lebih
memilih untuk membawa pulang si anak untuk mendapatkan perawatan maksimal di
Rumah sakit yang berlabel. Inilah salah satu bentuk ketidak percayaan para
orangtua wali akan pelayanan pesantren dan ini terjadi di wilayah Kendari.
Kendari yang terkenal dengan kota
bertaqwa tidak menunjukkan dalam kesosialan-nya untuk membawa kehidupan
pesantren dalam kesehariannya. Dan menyebaBkan
masyarakat lebih terpengaruh dengan budaya-budaya non Islam, dengan
mepertunjukkan keseharian yang dimiliki budaya non islam. Inilah bentuk minimalis dunia pesantren di
kalangan masyarakat Kendari.
Untuk mencegah pemikiran masyarakat
yang berlandas pada kekurangan ilmu keagamaan, maka perlunya tindakan secara
kominikatif untuk mengetahui perkembangan anak dalam lingkungan pesantren,
kegiatan taujihat maupun al-irsyad bukan hanya disalurkan pada diri seorang
anak tetapi orangtua juga butuh siraman rohani untuk mengenal dunia pesantren. Seminar-seminar
kepesantrenan sangatlah pantas untuk memahamkan orang-orang awam dalam
pendidikan, sehingga mampu memahami begitu besar peran pesantren dalam
pengambangan karakter seorang anak.
2.
Masalah
generasi muda dalam masyarakat modern
Sebagaimana yang di jelaskan di
atas yaitu kenakalan remaja yang telah merajalela di dunia masyarakat modern
kini tidak memandang desa maupun kota yang menjadi pijakannya. Gejala
penyimpangan ini terjadi sebagai akibat proses perkembangan pribadi anak yang
mengandung unsure dari usaha kedewasaan seksual, usaha pencarian identitas
diri, adanya ambisi material yang tidak terkendali dan tidak adanya disiplin
diri.
Mengingat masalah kenakalan remaja
yang menjadi konsumsi public, menjadikan masyarakat rentan akan penyimpangan
yang dianggap biasa. Dan menjadikan penyimpangan ini sebagai produk sampingan
atas pendidikan massal yang tidak menekankan pada pendidikan watak dan
kepribadian anak, kurangnya usaha orangtua dan orang dewasa dalam menanamkan
moralitas dan keyakinan beragama pada anak-anak dan kurang dibutuhkannya
tanggung jawab social pada anak-anak remaja. Dikarenakan itu semua, menyebapkan
seorang anak terdorong dalam beberapa penyimpangan social, diantaranya:
a)
Memuaskan
kecendrungan keserakahan
b)
Meningkatkan
agresifitas dan dorongan seksual
c)
Salah
asuh dan salah didik orangtua sehingga anak menjadi manja dan lemah mentalnya
d)
Hasrat
untuk berkumpul dengan teman senasib dan teman sebayanya serta kesukaan untuk
meniru
e)
Pembawaan
yang patologis atau abnormal
f)
Konflik
batin sendiri, yang kemudian menggunakan mekanisme pelarian serta pembelaan
diri secara irasional.
Dari berbagai penyimpangan di atas,
seharusnya sebagai generasi muda kita
menyadarinya, sehingga ada rasa tanggung jawab untuk memperbaharui kenakalan
remaja yang menjadi permainan social yang tak terkendali.
Untuk itu, pendidikan watak dan
kepribadian anak sangatlah penting untuk diterapkan dalam ranah pendidikan.
Dewan pendidikan Negara, penting untuk memperhatikan kemerosotan pendidikan
akhlak bagi para peserta didik. Dan sebaiknya medirikan “tarbiyah al-Akhlak” di
setiap wilayah, sehingga anak-anak maupun orangtua yang tidak mengenal akhlak
dapat diikut sertakan dalam program ini.
Peran orangtualah yang mendominasi
tingkah laku anak, jika orangtua tak mampu mebina anak bahkan tidak memiliki
waktu dalam melihat perkembangan anak, maka tidaklah pantas ia di beri gelar
orangtua. Ia berdiri hanya sebagai wali dan bukan orangtua, karna orangtua
sangatlah besar tanggungannya sebagai pendidik utama. Dan bahkan dunia akhirat
mereka sangat berperan untuk mempertanggungjawabkan kewajibannya sebagai
orangtua.
C.
Mendayagunakan
Problem Solving
Setelah meneliti beragam masalah social yang
terjadi di wilayah Kendari, sebagai penulis saya akan mendayagunakan problem
solving, dengan tujuan mencegah masalah-masalah social yang berlarut dan
itu semua akan merusak karakter bangsa yaitu sebagai bangsa yang cinta damai. Sungguh
berbagai analisis dan metode telah diterapkan manusia untuk mengatasi berbagai
masalah social. Berikut metode pemecahan masalah social yang kami temukan,
ialah sebagai berikut:
1.
Metode
Preventif
Metode preventif lebih sulit dilaksanakan karena harus
didasarkan pada penelitian yang mendalam terhadap sebab-sebab terjadinya
masalah. Dalam metode ini, seseorang
harus meneliti lebih mendalam apa yang terjadi dalam lingkup social, dan
kemudian menyimpulkan lingkungan social mengalami masalah dan itu perlu
pengelompokan masalah sehingga mampu diatasi secara mendalam. Kegiatan preventif
lebih tertuju kepada pencegahan,
sehingga kegiatan social tidak mengalami permasalah yang mendalam dan itu sulit
untuk mengatasinya. Dalam pribahasapun dikatakan “lebih baik mencegah dari pada
mengobati”.
2.
Metode
Represif
Dalam metode ini lebih banyak
digunakan dalam kalangan masyarakat. Dikarenakan lebih mudah dilaksanakan.
Artinya, setelah suatu gejala sudah dipastikan sebagai masalah social, baru
diambil tindakan untuk mengatasinya. Metode ini dikenal dengan tahap
penyembuhan, jadi segala masalah social yang terjadi dan telah Nampak. Maka
bagian pencegah yang berhak maupun yang mampu mengatasi ini, hendaknya
bertindak lebih cepat untuk menyembuhkan masalah social yang telah beredar. Seperti
halnya anak remaja yang gemar keluar malam dan menjadikan kegiatan ini sebagai
konsumsi kejenuhannya, maka pihak yang berwajib yaitu orangtua. Sebagai
orangtua, hendaknya mencegah si anak dengan cara tidak memberikan konstribusi
fasilitas yang mempermudah keluarnya anak di luar rumah pada malam hari.
Di dalam mengatasi masalah social
tidaklah semata melihat dari aspek sosiologis, tetapi juga aspek lainnya,
sehingga merupakan suatu kerja sama antara ilmu pengetahuan kemasyarakatan pada
khususnya untuk memecahkan masalah social.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
v Masalah social
adalah ketidak sesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang
membahayakan kehidupan kelompok social. Masalah social timbul dari
kekurangan-kekurangan dalam diri manusia atau kelompok social yang bersumber
pada fakor ekonomis, biologis, psikologis dan kebudayaan.
v Untuk memudahkan mengamati
masalah-masalah sosial, Stark (1975) membagi masalah sosial menjadi 3 macam
yaitu :
1.
Konflik dan kesenjangan, seperti : kemiskinan,
kesenjangan, konflik antar kelompok, pelecehan seksual dan masalah lingkungan.
2.
Perilaku menyimpang, seperti : kecanduan obat terlarang, gangguan mental, kejahatan,
kenakalan remaja dan kekerasan pergaulan.
3.
Perkembangan manusia, seperti : masalah keluarga, usia
lanjut, kependudukan (seperti urbanisasi) dan kesehatan seksual.
v Asumsi dasar yang telah berkembang
di penduduk Kota Kendari ialah pendidikan pesantren yang tidak memadai, dengan
fakta yang terjadi. Para orangtua tidak memahami arti kedisiplinan maupun
kesederhanaan yang ada dalam dunia kepesantrenan. Anak yang tidak mendapatkan
perizinan dikala sakit, akan mendapatkan pelayanan dalam BKSM (Balai Kesehatan
Masyarakat) dalam pondok, namun dampak yang tejadi para orangtua wali lebih
memilih untuk membawa pulang si anak untuk mendapatkan perawatan maksimal di
Rumah sakit yang berlabel. Inilah salah satu bentuk ketidak percayaan para
orangtua wali akan pelayanan pesantren dan ini terjadi di wilayah Kendari.
v Untuk mencegah pemikiran masyarakat yang berlandas pada
kekurangan ilmu keagamaan, maka perlunya tindakan secara kominikatif untuk
mengetahui perkembangan anak dalam lingkungan pesantren, kegiatan taujihat
maupun al-irsyad bukan hanya disalurkan pada diri seorang anak tetapi orangtua
juga butuh siraman rohani untuk mengenal dunia pesantren. Seminar-seminar
kepesantrenan sangatlah pantas untuk memahamkan orang-orang awam dalam
pendidikan, sehingga mampu memahami begitu besar peran pesantren dalam
pengambangan karakter seorang anak.
v Dari berbagai penyimpangan di atas,
seharusnya sebagai generasi muda kita
menyadarinya, sehingga ada rasa tanggung jawab untuk memperbaharui kenakalan
remaja yang menjadi permainan social yang tak terkendali.
v Untuk itu, pendidikan watak dan
kepribadian anak sangatlah penting untuk diterapkan dalam ranah pendidikan.
Dewan pendidikan Negara, penting untuk memperhatikan kemerosotan pendidikan
akhlak bagi para peserta didik. Dan sebaiknya medirikan “tarbiyah al-Akhlak” di
setiap wilayah, sehingga anak-anak maupun orangtua yang tidak mengenal akhlak
dapat diikut sertakan dalam program ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø Sztompka. Sosiologi Perubahan
Sosial. Prenatal Media, Jakarta 2004
Ø Harton, Paul B dan Chestre L. Hunt.
Sosiologi. Erlangga. Jakarta, 1992. Edisi keenam jilid 1.
Ø Paulus Tangdilintin. Masalah-masalah Sosial.
Universitas Terbuka. 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar